Karya : Ragil Aria Dewanto
Hari mulai gelap disertai dengan burung burung yang mulai berterbangan menuju sarang mereka. Sinar matahari sudah mulai terganti oleh sinar rembulan, angin
semilir mulai merasuki perasaan seorang wanita. Diambang rasa sakit seperti tulang yang dipatahkan berkali kali ia terus berjuang untuk memulai kehidupan
baru. Setelah beberapa saat rasa sakit terbayarkan oleh perasaan bahagia yang tiada tandingannya karena mendengar suara tangisan bayi laki laki seberat 3
kilogram yang telah keluar dari rahimnya yang kuat. Tangis bahagia terdengar dari wanita tersebut, dengan pelukan hangatnya ia berkata “Anaku
tersayang inilah ibumu”. Hari, minggu , bulan telah berlalu banyak kenangan yang telah membuat wanita itu senang dari melihat sang anak tersenyum,
tertawa ,merangkak ,sampai berlari seakan akan rasa cinta dan kasih sayangnya terus bertambah seiring perkembangan sang anak.
Sudah hampir setahun sang wanita memberinya kasih sayang yang tak akan bisa digantikan oleh apapun, karena rasa cinta yang sangat besar itulah hatinya bisa
hancur sehancurnya karena melihat anak yang ia kasihi jatuh sakit seakan akan hatinya berkata kepada tuhan “Hilangkan lah penyakit anakku ya tuhan,
biar aku yang menggatikannya aku tak tahan melihatnya seperti itu segera angkat lah penyakitnya”. Sudah segalanya ia berikan untuk kesembuhan anaknya
dan tetap saja hatinya terus menangis walaupun ia berusaha setegar mungkin didepan anaknya seakan akan meyakinkan anaknya bahwa “kamu akan segera
sembuh anak ku”.Setelah sang anak mulai tersenyum dan tertawa, disaat itulah momen kebahagiaannya muncul kembali karena kebahagiaan anaknya adalah
kebahagiaan paling berharga dalam hidupnya.
Hari semakin berlalu tidak terasa anaknya sudah berumur empat tahun. Ini adalah hari dimana anaknya akan bersekolah ditaman kanak kanak, perasaan khawatir
selalu terselubungi dihatinya karena ia takut akan jauh dari anaknya tapi ia juga merasakan kebahagian karena melihat anak kesayangannya telah tumbuh
semakin dewasa. Ketika anaknya pulang dengan rasa senang sambil berkata “mamah aku punya teman baru” rasa kekhawatirnya pun mulai hilang dikit
demi sedikit. Semasa perjalan sang anak tumbuh dewasa ia merasa ada yang beda dari anaknya, anaknya adalah seseorang yang akan menjadi orang hebat dengan
rasa percaya diri yang tinggi. Tumbuh dan terus bertumbuh anaknya sudah mulai tau siapa dirinya ia adalah Ragil Aria Dewanto anak dari seorang karyawan
swasta dan seorang ibu rumah tangga.
Ragil tumbuh dengan rasa percaya diri yang tinggi itu sudah dibuktikan dari perbuatan dan perkataan orang yang melihatnya. Orang tuanya berharap banyak
padanya orang tuanya berharap Ragil bisa memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya. Umurnya sudah menginjak 12 tahun akhirnya dia lulus di Sekolah Dasar dan
melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi yaitu Sekolah Menegah Pertama. Dengan postur badan yang kecil ia sering diolok olok dengan sebutan bogel, tetapi
dengan sebutan Sibogel ia mempunyai pendirian bahwa tubuh kecil pun bisa menjadi orang yang besar dan berpengaruh terhadap orang lain. Itu sudah dibuktikan
dengan terpilihnya ia menjadi ketua kelas dan mendapatkat peringkat sepuluh besar dikelasnya. Di sekolahnya Ragil memilih exkul Pramuka karena ia yakin
dipramuka dapat melatihnya menjadi pemimpin yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Hari demi hari ia menjalani latihan tiada henti bahkan dihari
liburpun ia tetap menjalani latihannya, tetapi ia yakin bahwa apa yang ia kerjakan dengan susah payah dan bersungguh sungguh akan membuahkan hasil yang
membahagiakan.
Pada hari minggu ini Ragil menjalani seleksi lomba yang pertama, dipagi hari seperti biasa ia melakukan beberapa uji coba untuk masuk ke regu yang akan
berlomba. Banyak perlawanan dan kerja keras yang dilakukan teman teman yang lain untuk mendapatkan posisi diregu tersebut, Ragil terus berusaha dan semakin
giat belajar. Disore hari ini adalah hasil pengumuman dari tes uji coba dipagi hari dan disore hari ini akan diumumkannya anak anak yang akan berlomba
“Ya jadi akan saya umumkan delapan orang yang akan ikut berlomba” ujar sang kakak pembina, rasa tegang dan panik hadir disetiap anak yang ingin
berlomba dan mulailah dibacakannya anak anak yang akan ikut berpartisipasi dalam lomba tersebut “Arif, Fajri, Yehezkiel, Fadel, Fandi, Afif, Berli
kalian terpilih menjadi regu inti dan semoga dilomba kalian yang pertama ini dapat membuahkan hasil yang membahagiakan”. Rasa kecewa dan sedih pasti
dirasakan setiap anak yang ingin berlomba termasuk Ragil, tetapi tiba tiba “Maaf Ragil juga ikut kedalam regu ini tadi saya baru menyebutkan tujuh
orang saja” ujar sang kakak pembina. Rasa kecewa yang tadinya ia rasakan seketika hilang karena berhasil masuk keregu anak yang berlomba, tetapi ia
menjadikannya motivasi bahwa “ini adalah langkah awal untuk menuju kesuksesan, saya harus lebih giat belajar supaya dapat memenangkan perlombaan
nanti”.
Impian Ragil untuk ikut lomba sudah tercapai sekarang timbul rasa ingin menang dalam pertandingan tersebut, ia sangat giat belajar untuk perlombaan
tersebut sampai sampai dihari minggu pun ia tetap menjalani persiapan untuk berlomba. Sudah lewat dua minggu Ragil dan teman temannya manjalani latihan
keras yang tiada henti, yang mereka lakukan hanyalah berdoa dan berusaha semaksimal mungkin, perlombaan semakin dekat yaitu kurang lebih tinggal satu
minggu lagi keringat perjuangan yang mengalir dari tubuh mereka akan dibuktikan saat perlombaan dimulai nanti.
Sabtu, 10 Mei 2014 hari keberangkatan mereka diperjalan pun mereka tetap belajar dengan giat, entah apa yang akan terjadi besok yang difikiran mereka
hanyalah menang dan kebanggaan. Setelah sampai disekolah yang menyelanggarakan lomba, hati mereka semakin kuat bahwa besok mereka akan menunjukan dan
membuktikan hasil latihannya selama tiga minggu.
Langit masih gelap dilengkapi angin semilir yang sangat nikmat untuk dirasakan, mata dari satu persatu anak terbuka dan mereka ingat bahwa hari Minggu, 11
Mei 2014 yaitu hari dimana semangat para pelomba akan terbakar habis habisan, usaha dan kemampuan mereka akan mereka tunjukan kepada peserta lain. Pukul
tiga pagi mereka diperintahkan untuk bersiap siap membersihkan diri, setelah kedelapan anak terbangun mereka sepakat mencari kamar mandi bersama sama untuk
membersihkan diri. Kesana dan kemari naik dan turun tangga tetapi mereka masih belum menemukan kamar mandi dan lucunya lagi ada satu anak yang hilang saat
pencarian kamar mandi, “loh,,si Arip kemana? Badan udah paling gede kok hilang.” ujar Yehezkiel, “Tadi bukannya disamping elu
Kiel?” ujar Ragil “Jangan jangan dimakan setan lagi, kan Arip bikin kenyang kalo dimakan.” ujar Fajri. Seketika yang tadinya mencari
kamar mandi berubah mencari orang hilang, dan akhirnya mereka menelusuri tempat yang sudah dilewati. Ketika sampai dikantin mereka melihat Arip yang sedang
duduk disamping tong sampah dengan perasaan senang dicampur kesal mereka segera menghampiri Arip, dan salah satu anak berkata “Eh gendut nyusahin aja
lu,pake ilang segala.” Arip pun menjawabnya “Elu semua kelamaan nyari kamar mandi sih gua cape tau.” disaat itulah canda tawa dan rasa
kebersamaan pun terbuat, tak terasa waktu sudah menunjukan pukul empat mereka pun langsung mencari tujuan awalyaitu kamar mandi. Setelah mencari dibelakang
kantin yang posisinya paling pojok dari semua ruangan, akhirnya mereka menemukan tiga buah pintu kamar mandi. Dengan kecepatan angin setiap anak berlari
untuk masuk kamar mandi. Dikamar mandilah terjadi perselisihan antara siapa yang mandi duluan dan yang mandi belakangan akhirnya mereka sepakat untuk
bergantian secara adil dengan cara badan yang paling kecil dipersilahkan mandi duluan. Adzan subuh sudah berkumandang berbarengan dengan selesainya mereka
membersihkan diri, dan merekapun langsung menuju keruangan mereka untuk menyimpan peralatan mandi mereka. Sesampainya diruangan, mereka langsung memakai
baju coklat kebanggan mereka dengan lambang regu naga disebelah kirinya, setelah semua siap mereka pergi ke Masjid untuk menjalani ibadah solat subuh.
Disana mereka menjalani ibadah dengan sangat khusyuk karena mereka yakin jika mereka berdoa kepada tuhan dengan bersungguh sunguh dan berusaha semaksimal
mungkin apa yang mereka inginkan pasti dapat dicapai.
Langit sudah mulai cerah mentaripun sudah mulai memancarkan sinarnya, perasaan yang tak karuan dirasaakan oleh mereka. Waktu sudah menunjukan pukul tujuh
yang berarti setiap peserta harus daftar ulang dan bersiap siap untuk mengikuti apel pembukaan. Bait demi baik dan kata demi kata mereka dengarkan yang
keluar dari amanat sang pembina apel, ketika pemukulan Gong dimulainya perlombaan mereka berfikir “Saatnya kami membuktikan hasil kerja keras
kami.”
Apel pembukaan telah selesai setiap peserta diberikan waktu sepuluh menit untuk mengambil segala persiapan lomba,setelah persiapan dirasa cukup mereka
menerikan yel-yel penyemangat sebelum memulainya perlombaan. Akhirnya mereka berpisah keruangan yang ditentukan panitia sesuai dengan materi lomba yang
mereka lombakan. Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh, yang berarti mereka harus kembali bersatu menjadi satu kelompok atau regu untuk menjalani lomba yel
yel dan baris berbaris.
Setelah semua lomba dilaksanakan dengan perasaan lega mereka kembali keruangan mereka, lelah dan berkeringat yang berarti mereka sudah berjuang melakukan
yang tebaik untuk perlombaan tersebut. Adzan zuhur sudah berkumandang panggilan solat untuk umat beragama islam, Akhirnya mereka bersama sama pergi ke
Masjid dan menjalankan ibadah mereka. Sehabis solat mereka berdoa agar mendapatkan hasil yang memuaskan dan dapat membangkan orang orang yang telah
membantu mereka dalam tiga minggu persiapan perlombaan.
Lomba sudah terlaksanakan tinggal menuggu hasil pengumuman dari apa yan mereka perlombakan. Didalam ruangan atau kelas mereka,mereka tertawa dan bercanda
gurau sambil menyanyikan lagu lagu yang diiringi oleh sebuah gitar. Seakan akan mereka telah melupakan apa yang telah terjadi tadi pagi dan hanya perlu
menunggu hasil pengumumannya nanti sore.
Waktu sudah menunjukan pukul tiga sore saatnya mengumumkan hasil perlombaan,dengan semangat mereka menujulapangan utama. Acara penutup ditambahkan dengan
hiburan hiburan seperti tari modern dan lain lain, semua perserta tertawa pada saat hiburan itu dan seketika diam disaat panitia berkata “Baik, saya
akan umumkan hasil lombanya.” hampir semua peserta menundukan kepalanya untuk berdoa, tetapi tidak dengan Ragil dan teman temannya. Mereka malah
menertawai peserta lain karena perubahan emosi yang mendadak karena suatu ucapan. Satu persatu juara setiap materi sudah dibacakan dari enam belas mata
lomba yang diajalankan, regunya Ragil hanya mendapatkan enam piala saja. Semakin lama suasana semakin tengang dan disaat panitia ingin membacakan juara
umum disitulah Ragil dan teman teman merasakan ketegangan yang luar biasa karena ada satu regu yang mendapatkan delapan piala yang asal sekolahnya adalah
SMP N 9 Jakarta sedangkan regunya Ragil hanya mendapatkan enam piala saja yang asal sekolahnya dari SMPN 19 Bekasi.
Suara hening disetiap peserta yang hanya fokus pada suara microfon sang pembaca pemenang lomba, membuat perasaan setiap peserta menjadi semakin tegang.
Hati semakin berdetak kencang ketika panitia berkata “Dan Juara Lomba kali ini adalah....... SMPN 19 Bekasi.” suara sorak gembira langsung
menyelimuti Ragil dan kawan kawan yang berarti usaha dan kerja keras yang mereka lakukan selama ini itu membuahkan hasil yang sangat membanggakan, mereka
menang karena total pointnya lebih besar dari regu lain.
Setelah lomba selesai akhirnya mereka pulang kerumah masing masing. Sesampainya dirumah, Ragil menunjukan kepada kedua orang tuanya piala yang ia raih dari
hasil perjuangannya selama ini. Perasaan bahagia dan bangga orang tuanya karena hasil kerja keras anaknya sendiri adalah suatu kebahagiaan yang luar biasa,
mungkin itu juga akan dirasakan semua orang tua jika anaknya dapat berprestasi. Selesainya lomba tersebut bukan akhir dari perjuangan Ragil Aria Dewanto ia
masih harus terus belajar dan berusahan untuk mendapatkan hasil yang luar biasa dilomba lomba selanjutnya.

Tidak ada komentar